Kamis, 07 April 2016

Kisah Inspiratif Bob Sadino

KISAH INSPIRATIF  BOB SADINO

Bob Sadino lahir di Lampung, 9 Maret 1939, anak bungsu dari lima bersaudara ini berasal dari keluarga yang berkecukupan. Tapi bukan faktor tersebut yang menjadikan ia menjadi pengusaha sukses seperti sekarang. Saat Bob berusia 19 tahun orang tuanya meninggal.Ia pun dipercaya untuk mewarisi seluruh warisan kedua orang tuanya karena saudara-saudaranya yang lain telah mapan secara ekonomi. Beliau kemudian memanfaatkan warisan orang tuanya itu untuk berkeliling dunia.
            Salah satu Negara yang dikunjunginya adalah Belanda.Ia pun memutuskan untuk menetap disana dan bekerja di  sebuah perusahaan bernama Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Selama 9 tahun Om Bob menetap di Belanda, dan kemudian bertemu dengan seorang wanita Indonesia bernama Soelami Soejoed yang sekarang menjadi istrinya.
Kemudian dia bekerja pada McLain and Watson Coy, sejak 1958 selama 9 tahun berkelana di Amsterdam dan Hamburg. Setelah menikah, Bob dan istri memutuskan menetap di Indonesia dan memulai tahap ketidaknyamanan untuk hidup miskin, padahal waktu itu istrinya bergaji besar. Hal ini karena ia berprinsip bahwa dalam keluarga, laki-laki adalah pemimpin, dan ia pun bertekad untuk tidak jadi pegawai dan berada di bawah perintah orang sejak saat itu ia pun bekerja apa saja mulai dari supir taksi hingga mobilnya tertubruk dan hancur, kemudian menjadi kuli bangunan dengan upah Rp 100 per hari.
Suatu hari seorang temannya mengajaknya untuk memelihara ayam untuk mengatasi depresi yang dialaminya,dari memelihara ayam terseb ia terinspirasi bahwa kalau ayam saja bisa memperjuangkan hidup,mencarimakan sendiri dan bertelur,tentunya manusia pun juga bisa, sejak saat itulah ia mulai berwirausaha.
Pada awalnya sebagai peternak ayam, Bob menjual telur beberapa kilogram per hari bersama istrinya. Dalam satu setengah tahun, dia sudah banyak relasi karena menjaga kualitas dagangan,dengan kemampuannya berbahasa asing, ia berhasil mendapatkan pelanggan orang-orang asing yang banyak tinggal di kawasan Kemang, tempat tinggal Bob ketika itu.Selama menjual tidak jarang dia dan istrinya dimaki-maki oleh pelanggan.Namun Bob segera sadar kalau dia adalah pemberi service dan berkewajiban memberi pelayanan yang baik, sejak saat itulah dia mengalami titik balik dalam sikap hidupnya dari seorang feodal menjadi servant, yang ia anggap sebagai modal kekuatan yang luar biasa yang pernah ia miliki.

            Usaha Bob pun berkembang menjadi supermarket, kemudian dia pun juga menjual garam,merica, sehingga menjadi makanan. Bob pun akhirnya merambah ke agribisnis khususnya holtikultura, mengelola kebun-kebun yang banyak berisi sayur mayur konsumsi orang-orang Jepang dan Eropa dia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah untuk memenuhi.
 


Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diimbangi kegagalan, perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira orang, dia sering bertemu dengan kesulitan dengan usahanya. Baginya uang adalah nomor sekian, yang penting adalah kemauan, komitmen tinggi, dan selalu bisa menemukan dan berani mengambil peluang.

            Bob berkesimpulan bahwa saat melaksanakan sesuatu pikiran kita berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, apa yang ada pada diri kita adalah pengembangan dari apa yang telah kita lakukan. Dunia ini terlampau indah untuk dirusak, hanya untuk kekecewaan karena seseorang tidak ,mencapai sesuatu yang sudah direncanakan.Kelemahan banyak orang adalah terlalu banyak mikir membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah, yang penting adalah action. Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke lapangan, setelah mengalami jatuh bangun, akhirnya Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman yang selalu dimulai dari ilmu dulu, baru praktek lalu menjadi terampil dan professional.

kesimpulan yang dapat saya ambil dari kisah ini adalah bahwa janganlah terjebak dengan masalah-masalah yang muncul, jadikan masalah tersebut sebagai pengalaman hidup, dengan semakin banyakynya pengalaman hidup kita maka semakin siap pula kita menghadapi kemungkinan-kemungkinan buruk yang terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar